STRATEGI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN PAI MI
SINOPSIS
(INTISARI)
Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran
tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan
model dan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Belajar dalam konsep Pendidikan Agama Islam
merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia (life long
learning). Dalam mempertahankan kehidupannya, manusia harus
mempunyai bekal kecakapan hidup (skill of life), yang dapat
diperoleh melalui berbagai proses belajar, seperti belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (
learning to do), belajar untuk menjadi seseorang (learning
to be) dan belajar untuk hidup bersama (learning to life
together). Dari empat pilar pendidikan
tersebut, disebutkan bahwa salah satu dari esensi pembelajaran adalah
untuk dapat hidup bersama (learning to
live together). Pembelajaran kooperatif
berguna untuk meningkatkan kompetensi sosial peserta didik. Oleh
karena itu, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif
yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk mewujudkan peserta
didik yang mampu hidup bersama.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas
pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk
menjalin kerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,
tujuan, dan hadiah. Maksud hadiah disini adalah penghargaan
kooperatif. Siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di
mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya.
Keuntungan positif mengenai kelompok kooperatif
biasanya mengarah pada meningkatnya keterlibatan dengan konten
sebagai salah satu faktor penting. Dibandingkan dengan format seisi
kelas yang besar, kelompok-kelompok kecil memiliki potensi lebih
besar dalam partisipasi, umpan balik, dan penyusunan makna timbal
balik diantara para peserta didik. Format kelompok mendorong para
peserta didik menjadi lebih aktif. Peserta didik yang memiliki
prestasi rendah diuntungkan dari penjelasan rekan sebaya dan peserta
didik yang berprestasi tinggi dapat lebih memperkuat pendalaman
informasinya. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
interpersonal melalui tugas-tugas kelompok.
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada
dua faktor, yaitu faktor intern diantaranya: guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang (memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran
dan waktu), dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup
memadai, kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas,
terkadang didominasi oleh seseorang. Sedangkan faktor ekstern terkait
dengan kebijakan pemerintah, misalnya adanya UN yang seolah-olah
pembelajaran hanya dipersiapkan untuk keberhasilan dalam UN.
Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PAI agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Strategi pembelajaran kooperatif secara psikologis sesuai dengan
perkembangan sosial peserta didik usia MI dan sesuai dengan
karakteristik mereka yang senang bekerja dalam kelompok. Strategi
kooperatif juga merupakan cerminan dari unsur kepribadian bangsa
Indonesia yaitu gotong royong. Oleh karena itu pembelajaran harus
sesuai dengan keadaan masyarakat dan sifat gotong royong hendaknya
dijadikan suatu prinsip yang mewarnai praktik pembelajaran untuk
peserta didik.
Dengan strategi pembelajaran
kooperatif, guru dapat menggunakan berbagai metode yang menarik yang
dapat meningkatkan minat, motivasi, prestasi peserta didik. Peserta
didik tidak hanya mendengarkan melalui ceramah, tetapi mereka
dituntut untuk aktif kooperatif dengan teman sekelasnya. Dengan
strategi ini, interaksi pembelajaran akan lebih “multi-arah” dan
terjadi diversifikasi sumber belajar. Strategi pembelajaran
kooperatif ini diarahkan pada pengembangan kemampuan kognitif siswa
bersamaan dengan kemampuan hubungan interpersonal (ketrampilan
sosial) peserta didik.
Dalam
pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif dibutuhkan kemauan dan
kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas,
sehingga guru menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana
pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan
membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya.
BAB
I
PENDAHULUAN
Belajar dalam konsep Pendidikan Agama Islam
merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia (life long
learning). Dalam mempertahankan kehidupannya, manusia harus
mempunyai bekal kecakapan hidup (skill of life), yang dapat
diperoleh melalui berbagai proses belajar, seperti belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (
learning to do), belajar untuk menjadi seseorang (learning
to be) dan belajar untuk hidup bersama (learning to life
together).1
Dari empat pilar pendidikan tersebut, disebutkan
bahwa salah satu dari esensi pembelajaran adalah untuk dapat hidup
bersama (learning to live together).
Pembelajaran kooperatif berguna untuk meningkatkan kompetensi sosial
peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk
mewujudkan peserta didik yang mampu hidup bersama.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini masih menerapkan dan
masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional), seperti ceramah,
menghapal, demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering.2
Dilihat dari situasi pembelajaran yang semacam ini hampir
tidak ada kesempatan bagi siswa untuk menuangkan kreatifitasnya dan
menyampaikan gagasannya. Hal tersebut dapat menyebabkan proses
pembelajaran menjenuhkan, membosankan, tidak menggairahkan, dan
membuat siswa kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran
pendidikan Agama Islam.
Secara psikologis apabila siswa kurang tertarik dengan metode yang
digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan
balik yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Akibatnya
timbul rasa ketidakpedulian siswa terhadap guru agama dan tidak
tertarik dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Implikasinya ranah afektif dan ranah psikomotorik tidak tercapai
dengan maksimal. Kalau kondisinya sudah seperti itu maka akan sulit
mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran-ajaran agama.3
Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang
bersumber pada teori tabula rasa John
Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap
menunggu coretan coretan dari
gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik
saat ini. Tuntutan
pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan
melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya
sendiri. Hal ini
sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar
tidak hanya bergantung
pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan
awal siswa. Belajar
melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka
lakukan, lihat, dan
dengar. Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan
dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir
rasional.
Terkait dengan upaya peningkatan kualitas
pendidikan atau pembelajaran, banyak konsep yang ditawarkan
diantaranya yaitu konsep Active
Learning, Contextual
Teaching Learning, Cooperative
Learning, dan lain sebagainya. Salah
satu model yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran,
yaitu model pembelajaran kooperatif.4
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerjasama
secara maksimal, menerima keragaman, mengembangkan ketrampilan
sosial, setiap anggota kelompok harus saling membantu, yg cepat
membantu yang lambat karena kegagalan individu adalah kegagalan
kelompok dan keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok shg
setiap anggota kelompok dituntut memiliki tanggungjawab penuh
terhadap kelompoknya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
mengenai PAI MI, karakteristik peserta didik usia MI dan strategi
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran PAI MI.
BAB
II
PEMBAHASAN
- PAI MI
Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu:
Al-Qur'an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Masing-masing mata pelajaran
tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi.
Al-Qur'an-hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia
merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah),
sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.
Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar
atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak
berti tik tolak dari akidah, yakni
sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan
keyakinan hidup). Syari’ah/fikih merupakan sistem norma (aturan)
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan
dengan makhluk lainnya.
Akhlak merupakan aspek sikap
hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti
khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu
menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan
sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan
lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah Kebudayaan
Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari
masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan
berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidu pannya yang
dilandasi oleh akidah.
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah
Ibtidaiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki
karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an-hadis, menekankan pada
kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara
tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan
memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’
al-husna.
Aspek akhlak menekankan pada
pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak
tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek
fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah
yang benar dan baik. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada
kemampuan mengambil ibrah
dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, IPTEKS,
dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Hal ini sejalan dengan misi
pendidikan dasar adalah untuk pengembangan potensi dan kapasitas
belajar peserta didik, yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya
diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri, pengembangan
kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, keterampilan hidup,
dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
fondasi bagi pendidikan berikutnya.
Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan
psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11
tahun adalah operasional konkret (Piaget). Peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar juga merupakan masa social
imitation (usia 6-9
tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat
memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya
(keluarga, guru, dan teman-teman sepermainan), usia 9-12
tahun sebagai masa second star of
individualisation atau masa
individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa
social adjustment atau penyesuaian diri
secara sosial.
- Karakteristik Peserta Didik Usia MI
Ada beberapa karakteristik anak di usia MI yang
perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta
didik ditingkat MI. Sebagai guru harus dapat menerapkan strategi/
metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didiknya maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik
siswanya. Karakteristik peserta didik dapat dilihat dari perkembangan
fisik, motorik, kognitif, emosi, sosial, dan religiusitasnya. Berikut
penjelasannya:
- Perkembangan Fisik
Pada masa ini merupakan periode pertumbuhan fisik
yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak
menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang
pesat.5
Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode
tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja,
meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa
pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
- Perkembangan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan
badan,maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan
lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak.
Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai
meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk
memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus
melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal
dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri
dalam aktivitas permainan olah raga yang bersifat formal, seperti
senam, berenang, dan lain sebagainya.
- Perkembangan kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke MI, kemapuan
kognitifnya mengalami perkembangan yang pesat. Dalam keadaan normal,
pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau
pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah
berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi
sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium
belajar.
Menurut teori piaget, pemikiran anak masa sekolah
dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete
operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada
objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam
sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang
bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya.
- Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial mulai meluas dari lingkungan
sosial di sekitar rumah manjadi lingkungan dan teman-teman di
sekolah. Kelompok anak usia sekolah biasanya merupakan kelompok
bermain yang terdiri atas anggota dari jenis kelamin yang sama, serta
ada aturan dan pemimpinnya yang mempunyai keunggulan dibandingkan
anggota kelompok lainnya.
Bila anak mulai sekolah, ia menyambut
kenalan-kenalan baru dengan rasa gembira. Semua peserta didik di
kelas itu adalah temannya. Kemudian mereka membentuk
kelompok-kelompok tersendiri, dimana setiap anak menggabungkan
dirinya ke dalam salah satu kelompok. Semakin lama anak semakin
banyak memegang peranan individual dalam kelompoknya. Anak muali
mengetahui bahwa ia termasuk siswa yang pandai berhitung, pandai
bermain lompat tali, anak yang periang, dan lain sebagainya. Pada
perkembangan selanjutnya muncul “pemimpin dan pengikutnya” dalam
kelas itu.6
Anak pada usia MI senang bermain dalam kelompoknya
dengan melakukan permainan yang konstruktif dan olahraga. Mereka
senang permainan olahraga, menjelajah daerah-daerah baru,
mengumpulkan benda-benda tertentu, menikmati hiburan seperti membaca
buku atau komik, menonton film dan televisi, juga melamun pada anak
yang kesepian dan sedikit mempunyai teman bermain.
- Perkembangan Agama
Konsep keagamaan pada diri anak usia dasar hampir
sepenuhnya autoritarius, artinya konsep keberagamaan mereka
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Pada usia ini
keagamaannya tidak mendalam. Ajaran agama dapat mereka terima dengan
tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak mendalam. Anak
bersifat egosentris yang menuntut konsep keagamaan dari kesenangan
atau kepentingan dirinya. Bersifat verbalis dan ritualis. Mereka
menghafal kalimat-kalimat keagamaan dan melaksanakan ibadah berdasar
pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Anak
bersifat imitatif atau meniru dari lingkungan sekitarnya terutama
keluarganya dan gurunya.7
Jadi dari teori perkembangan tersebut kita bisa
mengetahui beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar Sebagai
guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik
mengetahui karakteristik siswanya. Adapun karakeristik peserta didik
sebagai berikut:
- Senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru MI untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan terutama
untuk kelas rendah. Guru MI seyogyanya merancang model pembelajaran
yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran
serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung
unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK).
- Senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan
anak MI dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh
karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk
rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
- Senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak
belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti:
belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar
tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya
tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan
demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja
atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari
atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
- Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak
MI memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di
sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan
konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera
jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak MI, penjelasan guru
tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan
sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan
demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin,
dengan cara membawa anak langsung ke luar kelas, kemudian menunjuk
langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah
akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.
- Strategi Pembelajaran Kooperatif
- Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan
dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa,
pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar dan penilaian agar pembelajaran lebih efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.8
Dalam menentukan strategi pembelajaran perlu memperhatikan jenis
kompetensi dan jenis materi yang akan disampaikan.
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
pembelajaran adalah dengan memberikan tugas belajar yang dikerjakan
dalam tim-tim kecil. Sering kali peserta didik dapat lebih banyak
belajar dengan cara ini dibandingkan dengan hanya ceramah tanpa
melibatkan peserta didik. Dorongan dari teman-teman dan keragaman
cara pandang, pengetahuan, dan keterampilan juga membantu
pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik.9
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kooperatif
memiliki arti bersifat kerja sama dan bersedia membantu. Slavin
mengungkapkan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.10
Ada dua pembelajaran yang berbasis sosial yaitu
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran
kolaboratif diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab
pribadi dan sikap menghormati sesama, sedangkan pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih diarahkan oleh guru.
Jadi dalam pembelajaran kooperatif mencakup pembelajaran
kolaboratif.11
Menurut Muslim Ibrahim, pembelajaran kooperatif
adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar
siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan
dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Maksud hadiah disini adalah
penghargaan kooperatif. Siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu
tugas dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugas.12
Anita Lie menyebut cooperative
learning dengan istilah pembelajaran
gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative
learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau
suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada
umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.13
Djahiri K menyebutkan cooperative
learning sebagai pembelajaran kelompok
kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang
student-centered,
humanis, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan
lingkungan belajarnya.14
Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan
diri dan kehidupan siswa baik dikelas atau disekolah. Lingkungan
belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi
diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi,
cooperative learning
dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah,
terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu
melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing)
sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).
Pembelajaran kooperatif juga memberikan akomodasi
bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal yang
menonjol. Biasanya memiliki ciri-ciri pandai bernegosiasi, bergaul
dengan baik, menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan orang, suka
bekerjasama, dapat membaca situasi sosial dengan baik. Dengan ciri
tersebut, maka siswa dengan kecerdasan interpersonal akan sangat
mudah untuk mempelajari materi dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif.15
Strategi pembelajaran kooperatif juga merupakan
cerminan dari unsur kepribadian bangsa Indonesia yaitu gotong royong.
Oleh karena itu pembelajaran harus sesuai dengan keadaan masyarakat
dan sifat gotong royong hendaknya dijadikan suatu prinsip yang
mewarnai praktik pembelajaran untuk peserta didik.16
Pembelajaran kooperatif ini bukan bermaksud untuk menggantikan
pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas
akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif
ini adalah sebagai salah satu alternatif dalam mengisi kelemahan
kompetisi, yakni hanya sebagian siswa saja yang akan bertambah
pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam
ketidaktahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuan merasa
malu bila kekuranggannya di-expose.
Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila para
murid saling menginginkan agar siswa lainnya tidak mampu, katakanlah
dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yang
dirasa perlu untuk mengalami improvement (perbaikan).
Keuntungan positif mengenai kelompok kooperatif
biasanya mengarah pada meningkatnya keterlibatan dengan konten
sebagai salah satu faktor penting. Dibandingkan dengan format seisi
kelas yang besar, kelompok-kelompok kecil memiliki potensi lebih
besar dalam partisipasi, umpan balik, dan penyusunan makna timbal
balik diantara para peserta didik. Format kelompok mendorong para
peserta didik menjadi lebih aktif. Peserta didik yang memiliki
prestasi rendah diuntungkan dari penjelasan rekan sebaya dan peserta
didik yang berprestasi tinggi dapat lebih memperkuat pendalaman
informasinya. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
interpersonal melalui tugas-tugas kelompok.17
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada
dua faktor, yaitu faktor intern diantaranya: guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang (memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran
dan waktu), dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup
memadai, kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas,
terkadang didominasi oleh seseorang. Sedangkan faktor ekstern terkait
dengan kebijakan pemerintah, misalnya adanya UN yang seolah-olah
pembelajaran hanya dipersiapkan untuk keberhasilan dalam UN.
Apabila guru telah berperan baik sebagai
fasilitator, motivator, mediator, maupun sebagai evaluator, maka
kelemahan yang ditemukan dalam pembelajaran kooperatif dapat diatasi.
Peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana kelas yang
kondusif agar pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai rencana.
Sehingga dalam pembelajaran kooperatif tercipta sebuah interaksi yang
lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multiway
traffic comunication).18
Pentingnya strategi pembelajaran kooperatif
sebagaimana yang Zamroni sebutkan bahwa implikasi dari hasil brain
research dan tuntutan dunia kerja,
pendidikan diharapkan:19
- mampu mengembangkan pada diri siswa tiga kemampuan dasar, yakni pertama:basic skills seperti membaca-menginterpretasi informasi, menulis-mengembangkan informasi, berhitung-matematika, berkomunikasi. Kedua: thinking skills berupa kreativitas, problem solving, reasoning. Ketiga: personal skills yang meliputi kemampuan mengendalikan diri, tanggungjawab, sociability, self-esteem, integritas-kejujuran.
- mampu mengembangkan diri di tempat kerja yang mencakup: kemampuan merencanakan, mengidentifikasi, mengorganisasi, bekerjasama dengan orang lain, menguasai dan memanfaatkan informasi, memahami hubungan sosial, organisasi, dan teknologi yang kompleks,
- mampu dalam pengelolaan dan penyampaian bahan pelajaran yang antara lain bercirikan: penyampaian materi lintas bidang, model pembelajaran kooperatif, dan outcome aspek afektif lebih jelas.
- Unsur-unsur Dasar dalam Coperative Learning
- Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
- Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
- Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
- Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
- Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
- Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
- Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin yaitu:21
- Penghargaan kelompok
Pembelajaran
kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok
mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling
membantu, dan saling mempedulikan.
- Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua
anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu
dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas
lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
- Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa
dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap
siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
Menurut Julia jasmine empat
komponen dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan
pembelajaran melalui kegiatan kelompok biasa, yaitu:22
- dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok perlu bekerjasama untuk menyelesaikan tugas,
- kelompok pembelajaran kooperatif seharusnya heterogen,
- aktivitas-aktivitas pembelajaran kooperatif perlu dirancang sedemikian rupa shg setiap siswa berkontribusi kpd kelompok dan setiap anggota kelompok dpt dinilai atas dasar kinerjanya,
- tim pembelajaran kooperatif perlu mengetahui tujuan akademik maupun sosial suatu pelajaran terkait.
- Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu
diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.23
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh
Ibrahim yaitu: 24
- Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup
beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Selain mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
- Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif
adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling
bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
- Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama
dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
- Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif
tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik
juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota
kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif
tersebut antara lain sebagai berikut:25
- Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
- Menggunakan kesepakatan
Yang
dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat
yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
- Menghargai kontribusi
Menghargai
berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau
dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju dengan
anggota lain, dapat saja kritik yang diberikan itu ditujukan terhadap
ide dan tidak individu.
- Mengambil giliran dan berbagi tugas
Pengertian
ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia
menggantikan dan bersedia mengemban tugas/ tanggungjawab tertentu
dalam kelompok.
- Berada dalam kelompok
Maksud
di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama
kegiatan berlangsung.
- Berada dalam tugas
Yang dimaksud berada dalam
tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, agar
kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
- Mendorong partisipasi
Mendorong
partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan
kontribusi terhadap tugas kelompok.
- Mengundang orang lain
Maksudnya
adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap
tugas.
- Menyelesaikan tugas dalam waktunya
- Menghormati perbedaan individu
Menghormati
perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap budaya,
suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
- Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan
penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat
ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
- Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi,
memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan
berkompromi.
- Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa
variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student
Team Achievement Division, Jigsaw,
Numbered Head Together
Teams-Games-Tournament,
Group Investigation,
Rotating Trio Exchange,
Group Resume,
Cooperative Integrated Reading and
Composition, dll.26
Sedangkan dalam Mel Silberman mengungkapkan beberapa model belajar
dengan cara bekerja sama antara lain: Information
Search, The Study Group, Card Sort, Learning Toutnament, The Power Of
Two, dan Quiz Team.27
Berikut penjelasan mengenai model Teams-Games-Tournament
(TGT) dan Jigsaw:
- Model Teams-Games-Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Dengan adanya
heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan
siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. TGT
terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: Tahap Penyajian Kelas (class
precentation), Belajar Dalam Kelompok
(teams),
Permainan (games),
Pertandingan (tournament),
Penghargaan Kelompok (team recognition).
Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan
LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan
bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka
anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban
atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada
guru. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa bahwa belajar secara kooperatif itu menyenangkan.
Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok
telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan
permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam
meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai
6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam
setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen
secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja
turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan
kelompok adalah menghitung rata-rata skor kelompok Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok
tersebut. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana
penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori
rata-rata poin sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Penghargaan Kelompok
Rerata Kelompok
|
Predikat
|
30 sampai 39
|
Tim Kurang baik
|
40 sampai44
|
Tim Baik ( Good Team)
|
45 sampai 49
|
Tim Baik Sekali ( Great Team)
|
50 ke atas
|
Tim Istimewa ( Super Team)
|
- Jigsaw
Jigsaw adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan
kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman
belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Pada pembelajaran tipe
Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu
anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok
asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor
kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada
suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.
Langkah-langkah dalam penerapan
jigsaw adalah:
- Guru memilih materi belajar yang dapat dipisah-pisah menjadi beberapa bagian.
- Guru menghitung jumlah bagian materi belajar dengan jumlah peserta didik kemudian guru membagi tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda.
- Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.
- Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.
- Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
- Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
- Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.
- Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.
- Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.
- Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit).
Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari ilustrasi berikut:
Penjelasan untuk
semua kelompok.
Kelompok I
Kelompok II Kelompok III
Penjelasan
kelompok belajar
1 1
1 1
2
2 2
2
3 3 3 3
Penjelasan kelompok
“Jigsaw”
- Penelitian Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran PAI MI
Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT dalam pembelajaran SKI di kelas V MI Muhammadiyah Tersono Batang
dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya dua kali
pertemuan. Strategi NHT mencakup penomoran, pengajuan masalah,
diskusi kelompok, pemanggilan nomor, presentasi dan pemberian
penghargaan. Strategi Cooperative Learning tipe NHT efektif digunakan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran SKI
khususnya siswa kelas V MI Muhammadiyah Tersono Batang. Hal tersebut
terbukti dari adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus I
ke siklus II. Motivasi siswa pada siklus I sebesar 81,72 % dalam
kategori baik dan siklus II sebesar 87 % dalam kategori baik sehingga
terjadi peningkatan sebesar 5,28 %. Strategi tersebut juga efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran SKI hal
tersebut terbukti dari adanya peningkatan prestasi belajar siswa dari
siklus I ke siklus II. Prestasi belajar siswa pada siklus I nilai
rata-rata pre- tes sebesar 64.28 dan post-tes sebesar 75 dan siklus
II nilai rata-rata pre-tes sebesar 69 dan post- test sebesar 83.86
sehingga terjadi peningkatan pada siklus I ke siklus II nilai pre-
test sebesar 4.72 dan nilai post-test sebesar 8.86.28
- Contoh RPP Pembelajaran Kooperatif
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan :
MI Insan Cendekia Blora
Mata Pelajaran :
Fiqih
Kelas / semester :
IV / 1
Pertemuan ke :
II
Alokasi waktu : 2 x 35
menit
- Standar Kompetensi
Mengetahui
ketentuan zakat
- Kompetensi Dasar
1.1
Menjelaskan macam-macam zakat
- Indikator
- Siswa mampu menjelaskan pengertian zakat
- Siswa mampu merumuskan macam-macam zakat dengan benar.
- Siswa dapat membedakan orang yang berhak menerima zakat dengan orang yang tidak berhak menerima zakat
- Siswa mampu menyebutkan faedah zakat dari berbagai segi.
- siswa dapat menjelaskan hikmah zakat dengan benar.
- Tujuan Pembelajaran
Dengan
metode
Active knowledge sharing,
Learning Tournament,
Interactive Lecturing
didukung media grafis
maka siswa diharapkan dapat
menjelaskan macam-macam zakat
- Materi Pembelajaran
Pengertian zakat,
macam-macam zakat,
orang yang berhak menerima zakat, dan
Hikmah zakat dari berbagai segi (terlampir)
- Metode dan Strategi Pembelajaran
- Active knowledge sharing
- Learning Tournament
- Interactive Lecturing
- Langkah-langkah pembelajaran
Tahap | Kegiatan | Alokasi waktu |
Awal |
|
10 menit |
Inti |
|
50 menit |
Penutup |
|
10 menit |
- Sumber pembelajaran
- Media/ Alat:
White
board, Spidol,
Laptop, LCD
- Referensi
Buku
paket Fiqh MTs kelas III terbitan Departemen Agama RI
Panduan
Pintar Zakat. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat Kurnia. Qultum Media.
Jakarta. 2008.
Kutipan
dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas
- Penilaian
- Partisipasi siswa dalam pembelajaran (terlampir)
- Tes lisan secara spontan
- sebutkan makna zakat secara bahasa dan istilah !
- jelaskan macam macam zakat !
- jelaskan hikmah zakat bagimu dan bagi orang lain !
Penugasan:
mencari dalil yang berkenaan dengan zakat
Kepala
Madrasah
Rofi’ah Nurul Hidayati, S.Pd
|
Guru
Mata pelajaran
Nurul Hidayati Rofi’ah,
S.Pd.I
|
Lampiran
Materi
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun
Islam. Secara harfiah zakat berarti "tumbuh",
"berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan".
Sedangkan secara terminologi syari'ah,
zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam
jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu
sebagaimana ditentukan.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat
adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah,
seperti: shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah,sekaligus merupakan amal
sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan ummat manusia.
Macam-Macam Zakat
Zakat
terbagi atas dua tipe yakni:
- Zakat Fitrah
- Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
- Zakat Maal (Harta)
- Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
- Yang berhak menerima:
- Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
- Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
- Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
- Muallaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
- Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
- Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya
- Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
- Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya diperjalanan.
Yang
tidak berhak menerima zakat
- Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
- Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
- Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
- Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
- Orang kafir.
Beberapa
Faedah Zakat
Faedah
Diniyah (segi agama)
- Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
- Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
- Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
- Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW.
Faedah
Khuluqiyah (Segi Akhlak)
- Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.
- Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
- Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
- Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
Faedah
Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
- Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
- Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
- Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
- Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
- Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.
Hikmah
Zakat
Hikmah
dari zakat antara lain:
- Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
- Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
- Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
- Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
- Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
- Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
BAB
III
KESIMPULAN
- Kesimpulan
Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PAI agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Strategi pembelajaran kooperatif secara psikologis sesuai dengan
perkembangan sosial peserta didik usia MI dan sesuai dengan
karakteristik mereka yang senang bekerja dalam kelompok. Strategi
kooperatif juga merupakan cerminan dari unsur kepribadian bangsa
Indonesia yaitu gotong royong. Oleh karena itu pembelajaran harus
sesuai dengan keadaan masyarakat dan sifat gotong royong hendaknya
dijadikan suatu prinsip yang mewarnai praktik pembelajaran untuk
peserta didik.
Dengan strategi pembelajaran
kooperatif, guru dapat menggunakan berbagai metode yang menarik yang
dapat meningkatkan minat, motivasi, prestasi peserta didik. Peserta
didik tidak hanya mendengarkan melalui ceramah, tetapi mereka
dituntut untuk aktif kooperatif dengan teman sekelasnya. Dengan
strategi ini, interaksi pembelajaran akan lebih “multi-arah” dan
terjadi diversifikasi sumber belajar. Strategi pembelajaran
kooperatif ini diarahkan pada pengembangan kemampuan kognitif siswa
bersamaan dengan kemampuan hubungan interpersonal (ketrampilan
sosial) peserta didik.
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif
dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam
mengelola lingkungan kelas, sehingga guru menjadi lebih aktif
terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan
kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa
bersama dengan kelompoknya.
- Rekomendasi
- Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang dan waktu yang tidak sebentar, maka guru diharapkan lebih kreatif dalam mempersiapkan dan mengelola waktu dengan tepat.
- Hendaknya tidak membebani peserta didik dengan terlalu banyak aktivitas. Sedikit aktivitas kadang lebih berarti. Menggunakan aktivitas tersebut untuk menggairahkan suasana kelas.
- Dalam menerapkan strategi pembelajaran kooperatif diharapkan guru mampu membuat petunjuk dengan jelas. Guru dapat memperagakan atau mengilustrasikan apa yang harus dilakukan peserta didik sehingga tidak muncul kebingungan di kalangan peserta didik. Hal ini justru dapat mengalihkan perhatian mereka.
- Penutup
Alhamdulillah, puji syukur
penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini dan jauh dari kesempurnaan. Harapan penulis, semoga makalah
ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.
Psikologi Perkembangan. Bandung:
Rosdakarya. 2006.
Evertson, M. Carolyn dan Edmund T. Emmer.
Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah
Dasar. Jakarta: Kencana. 2011.
Huda, Miftahul. Cooperatif
Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011.
Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa Press. 2000.
Isjoni. Pembelajaran
Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan komunikasi antar Peserta Didik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Isjoni.
Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
2009.
Ismail. Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis
PAIKEM. Semarang: RaSAIL, 2008.
Jasmine, Julia. 2007. Panduan
Praktis Mengajar Berbasis Multiple
Intelegences.
Bandung: Nuansa.
Joice, Bruce. Models
of Teaching. London: Allyn and Bacon.
1996.
L, Zulkifli. Psikologi
Perkembangan. Bandung:Rosdakarya. 2005.
Lie, Anita. Cooperative
Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo. 2008.
Nasution. Didaktik
Asas-Asas Mengajar. Jakarta:Bumi
Aksara. 1995.
Prabowo, Sugeng Listyo. Perencanaan
Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press.
2010.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
Slavin, Robert E. Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media 2008.
Suyono dan Hariyanto. Belajar
dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
2011.
Suprijono, Agus. Cooperatif
Learning: teori dan Aplikasi PAKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2009.
Solihatin, Etin dan Raharjo. Cooperatif
Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta:Bumi Aksara. 2008.
1
Empat pilar pendidikan dalam
UNESCO lihat juga Suyono, Belajar
dan Pembelajaran,
Bandung:Rosdakarya, 2011, hal. 29.
4 Anita
Lie, Cooperatif Learning: Mempraktikkan
Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas,
(Jakarta: Grasindo, 2002), hal.8
11 Agus
Suprijono, Cooperatif
Learning: teori dan Aplikasi PAKEM,
Yogyakarta: Pustaka Belajar,2009, hal. 54
12
Muslim Ibrahim dalam Rusman,
Model-Model
Pembelajaran,
Jakarta: Rajagrafindo persada, 2011, hal. 208
13
Anita Lie, Cooperatif
Learning: Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas,
(Jakarta: Grasindo, 2002), hal.8
17
Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer, Manajemen
Kelas untuk Guru Sekolah Dasar,
Jakarta: Kencana, 2011, hal. 153
18
Rusman, Model-model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 203
19
Zamroni dalam Mahmud Arif”
Strategi Pembelajaran Kooperatif untuk PAI “materi kuliah PAI MI
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012
20
Yusuf, “ Kualitas Proses dan
Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain
Lombok Barat NTB” Tesis Program Pascasarjana Program Studi
Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya, hal. 23
22
Julia Jasmine,
Panduan
Praktis Mengajar Berbasis Multiple
Intelegences,
Bandung: Nuansa, 2007, hal. 141-143
28
Arini
Hasanah“Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) Untuk
Meningkatkan Motivasi
dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas V
Dalam Pembelajaran
SKI di
MI Muhammadiyah Tersono
Batang.”,
skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar